Pengobatan kanker serviks perlu dilakukan sesegera mungkin. Sebab, jika mendapat pertolongan sejak dini, penyakit ini punya peluang sembuh yang cukup besar.
Akan tetapi, satu hal yang menjadi masalah ialah, kanker serviks sering kali hadir tanpa gejala di awal-awal stadiumnya.
Setelah kondisi memburuk, lalu gejala-gejala mulai terlihat, barulah si penderita menyadari akan masalah kesehatannya tersebut. Padahal, di kondisi seperti ini, kondisi kanker yang dialami biasanya sudah memasuki stadium akhir, sehingga peluang untuk sembuh pun sudah semakin kecil.
Tak heran, kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang kerap kali menghantarkan penderitanya kepada kematian.
Kapan Sebaiknya Pengobatan Kanker Serviks Dilakukan?
Seperti yang telah disinggung tadi, kanker serviks punya peluang sembuh yang cukup besar, asal ditangani sejak dini. Sebaliknya, jika telat ditangani, kanker serviks justru beresiko menghantarkan penderitanya kepada kematian.
Berangkat dari hal tersebut, maka alangkah baiknya untuk senantiasa mewaspadai penyakit ini.
Apa yang harus dilakukan? Di samping menjaga pola hidup pastinya, melakukan pap smear secara berkala juga mungkin perlu dilakukan, agar jika pahit-pahitnya sampai terjadi, setidaknya kanker serviks dapat dideteksi sejak dini dan segera mendapat pertolongan.
Pemeriksaan pap smear sendiri adalah suatu proses pengambilan sampel dari sel leher rahim, untuk mengetahui apakah terdapat suatu kelainan yang mengarah pada kanker serviks atau tidak.
Jangan salah, pemeriksaan pap smear ini penting sekali untuk dilakukan, lho. Utamanya bagi mereka para wanita yang secara seksual sudah aktif.
Lalu, bagaimana jika sudah muncul gejala-gejala yang mengarah kepada kanker serviks? Gejala yang dimaksud di antaranya meliputi:
- Keputihan yang tidak normal.
- Pendarahan yang tidak normal di luar waktu menstruasi.
- Rasa nyeri dan tidak nyaman saat berhubungan seksual.
- Bagian bawah perut atau panggul terasa nyeri.
- Mudah merasa lelah.
- Dan lain-lain.
Gejala-gejala di atas biasa muncul setelah sel-sel kanker membentuk tumor dan memasuki stadium lanjut. Dalam masa-masa seperti ini, tentu saja pengobatan kanker serviks sudah wajib dilakukan.
Jangan sampai terlambat ditangani, apalagi dibiarkan, ya.
Jenis Pengobatan Kanker Serviks
Dalam mengobati penyakit kanker serviks, ada beberapa jenis pengobatan yang biasa dilakukan, di antaranya meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi target, terapi imun, atau kombinasi di antaranya.
Jika tertarik mempelajarinya secara lebih rinci, mari kita simak bersama pembahasannya di bawah ini:
#1. Metode Operasi
Operasi atau bedah, merupakan salah satu metode pengobatan kanker serviks yang biasa dilakukan, terutama pada stadium awal.
Prosedur pengobatan kanker serviks melalui operasi ini, juga kadang disertai dengan kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Di mana hal ini bertujuan untuk memperkecil tumor sebelum operasi, atau setelah operasi untuk menuntaskan sel kanker yang masih tersisa.
Operasi seperti apa yang biasa dilakukan? Tergantung kondisi. Berikut beberapa jenis operasi dalam pengobatan kanker serviks:
- Bedah laser.
- Cryosurgery.
- Konisasi.
- Histerektomi.
- Trakelektomi radikal.
- Bilateral salpingo oophorectomy.
- Pelvic exenteration.
#2. Melalui Radioterapi
Radioterapi dapat disebut juga sebagai terapi radiasi, di mana prosedur pengobatan ini menggunakan sinar dengan radiasi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Pada stadium awal kanker serviks, radioterapi bisa diterapkan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan metode pengobatan lainnya.
Namun pada stadium lanjut, radioterapi sering kali sudah harus dikombinasikan dengan metode lain seperti kemoterapi, guna mengontrol rasa nyeri yang dialami serta pendarahan yang terjadi.
Ada 2 cara radioterapi untuk mengobati kanker serviks, di antaranya:
- Radioterapi internal.
- Radioterapi eksternal.
Apa perbedaan di antara keduanya?
Secara singkat, radioterapi eksternal dilakukan dengan menyinari sinar radiasi ke bagian tubuh yang dimaksud, sedangkan radioterapi internal dilakukan dengan memasukkan alat berisi bahan radioaktif melalui vagina.
Lebih dari itu, radioterapi juga kadang mengkombinasikan kedua metode tersebut.
Apakah penggunaan radioterapi ini memiliki efek samping? Tentu iya. Mulai dari efek samping jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk mengantisipasi efek samping berupa kemandulan, dokter mungkin menyarankan penderita untuk mengambil sel telurnya, sehingga masih dapat menjalani prosedur bayi tabung di kemudian hari.
#3. Melakukan Kemoterapi
Bicara soal pengobatan kanker, maka kita akan teringat dengan metode kemoterapi. Yup, kemoterapi memang merupakan jenis pengobatan yang identik dengan kanker.
Metode pengobatan ini dilakukan dengan memasukkan obat antikanker ke dalam tubuh, baik itu menggunakan obat minum maupun obat suntik.
Setelah obat diberikan, obat tersebut dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan disebarkan ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi dikenal cukup efektif dalam menghancurkan sel kanker di seluruh bagian tubuh, termasuk dalam pengobatan kanker serviks.
Biasanya, kemoterapi ini diterapkan berbarengan dengan metode radioterapi guna meningkatkan keefektifannya, di mana penggabungan kedua metode ini disebut dengan istilah kemoradiasi.
Meski begitu, kemoterapi tetap bisa digunakan tanpa kombinasi metode lain. Misalnya pada kanker serviks stadium lanjut, agar penyebaran sel kanker dapat ditekan dan gejala yang dirasakan juga dapat berkurang.
Terlepas dari keampuhannya tersebut, kemoterapi juga tentunya memiliki efek samping. Di samping mampu membunuh sel-sel kanker yang notabene merugikan, kemoterapi juga membunuh sel-sel lain yang justru bermanfaat bagi tubuh.
Berikut beberapa resiko efek samping yang mungkin terjadi setelah melakukan kemoterapi:
- Kerontokan rambut.
- Infeksi, memar, dan pendarahan.
- Sesak nafas.
- Diare.
- Mual dan muntah-muntah.
- Sariawan.
- Tubuh lemas.
- Nafsu makan rendah.
- Dan lain-lain.
#4. Terapi Target untuk Kanker Serviks
Terapi target juga merupakan jenis terapi kanker yang menggunakan obat-obatan dalam proses penyembuhannya.
Namun lain halnya dengan kemoterapi, obat yang digunakan dalam terapi target ditujukan untuk menghambat angiogenesis, yang merupakan suatu proses ketika tumor mulai membentuk pembuluh darah baru demi menunjang perkembangannya.
Apa saja efek sampingnya? Berikut ini di antaranya:
- Hipertensi.
- Tubuh menjadi lemas.
- Nafsu makan hilang.
- Terjadi pendarahan.
- Penggumpalan darah.
- Terbentuknya saluran yang tidak normal di sekitaran vagina dan usus besar (fistula).
#5. Terapi Imun Guna Memperkuat Sistem Imun
Terapi imun disebut juga sebagai imunoterapi. Bertujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan sel-sel kanker, dengan memanfaatkan penggunaan obat-obatan.
Pada dasarnya, semakin kuat sistem kekebalan tubuh seseorang, maka proses penyembuhan suatu penyakit (termasuk kanker serviks) akan semakin mudah. Dari situlah terapi ini digunakan.
Sel kanker sendiri terkadang tidak dapat dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh penderitanya, yang mungkin karena adanya suatu protein tertentu pada sel tersebut. Jangankan menghancurkannya, untuk mendeteksi pun tak bisa.
Oleh karena itu, kemampuan sistem kekebalan tubuh akan diperkuat dengan terapi imun ini. Dengan begitu, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat melawan sel kanker tersebut.
Akhir Kata
Begitulah sedikit pembahasan tentang pengobatan kanker serviks.
Dari pembahasan ini, setidaknya ada 5 jenis pengobatan yang biasa dilakukan dalam rangka membantu proses penyembuhan penyakit kanker serviks, di antaranya meliputi:
- Operasi.
- Radioterapi.
- Kemoterapi.
- Terapi target.
- Terapi imun.
Dengan adanya artikel ini, diharapkan bisa meningkatkan wawasan kita terkait penyakit kanker, khususnya dalam penanganan kanker serviks.
Semoga bermanfaat.